Objek
filsafat ada dua yaitu Objek Materia dan Objek Forma, tentang
objek materia ini banyak yang sama dengan objek materia sains. Sains memiliki
objek materia yang empiris; filsafat menyelidiki objek itu juga, tetapi bukan
bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek forma filsafat
tiada lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi
filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).[1]
Dari
uraian tertera di atas jelaslah, bahwa:
1.
Objek materia filsafat ialah, yang pada garis besarnya dapat dibagi atas
tiga persoalan pokok:
a. Hakekat Tuhan;
b. Hakekat Alam dan
c. Hakekat Manusia.
2. Objek
forma filsafat
ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke
akarnya) tentang objek materi filsafat.[2]
Dalam buku
Filsafat Agama; Titik Temu Akal dengan Wahyu karangan Dr. H. Hamzah
Ya’qub dikatakan bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan
sedalam-dalamnya. Di sinilah diketahui bahwa sesuatu yang ada atau yang
berwujud inilah yang menjadi penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat
menurut objeknya ialah:
1. Ada Umum yakni menyelidiki apa yang ditinjau
secara umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin
adanya. Dalam bahasa Eropa, ADA UMUM ini disebut “Ontologia” yang
berasal dari perkataan Yunani “Onontos” yang berarti “ada”, dalam Bahasa
Arab sering menggunakan Untulujia dan Ilmu Kainat.
2. Ada Mutlak, sesuatu yang ada secara mutlak
yakni zat yang wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga.
Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan ia harus terus menerus ada,
karena adanya dengan pasti. Ia merupakan asal adanya segala sesuatu. Ini
disebut orang “Tuhan” dalam Bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam
Bahasa Arab disebut “Ilah” atau “Allah”.
3. Comologia,
yaitu filsafat yang mencari hakekat
alam dipelajari apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada
Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya
alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah.
“Ada tidak mutlak”, mungkin “ada” dan mungkin “lenyap sewaktu-waktu” pada suatu
masa.
4. Antropologia
(Filsafat Manusia), karena manusia
termasuk “ada yang tidak mutlak” maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah
manusia itu sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong
tindakannya? Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropologia.
5. Etika: filsafat yang menyelidiki tingkah
laku manusia. Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan buruk
serta tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan lain-lain makhluk.
6. Logika: filsafat akal budi dan biasanya
juga disebut mantiq. Akal budi adalah akal yang terpenting dalam
penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang
logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa
akal budi takkan ada penyelidikan. Oleh karena itu dipersoalkan adakah manusia
mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari kebenaran? Dengan segera
timbul pula soal, apakah kebenaran itu dan sampai dimanakah kebenaran dapat
ditangkap oleh akal budi manusia. Maka penyelidikan tentang akal budi itu
disebut Filsafat Akal Budi atau Logika.
7. Penyelidikan tentang bahan dan
aturan berpikir disebut logica minor, adapun yang menyelidiki isi
berpikir disebut logica mayor. Filsafat akal budi ini disebut Epistimologi dan adapula
yang menyebut Critica, sebab akal yang menyelidiki akal.[3]
Adapun
objek Filsafat Islam ialah objek kajian filsafat pada umumnya yaitu realitas,
baik yang material maupun yang ghaib. Perbedaannya terletak pada subjek yang
mempunyai komitmen Qur’ani.[4]
Dalam
hubungan ini objek kajian Filsafat Islam dalam tema besar adalah Tuhan, alam,
manusia dan kebudayaan. Tema besar itu hendaknya dapat dijabarkan lebih spesifik
sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga dapat ditarik benang merah dari
perkembangan sejarah pemikiran kefilsafatan yang hingga sekarang. Setiap zaman
mempunyai semangatnya sendiri-sendiri.
[3] Dr. H. Hamzah Ya’qub, Filsafat Agama: Titik Temu Akal Dengan Wahyu, Jakarta, Pedoman ilmu Jaya, 1992,
hal 3
Filsafat Islam Dalam Dunia Modern
Sejarah Filsafat Islam
Objek Kajian Filsafat Islam
Cinta dan Rasa
Tokoh-tokoh Filsuf Islam
Filsafat Islam Dalam Dunia Modern
Sejarah Filsafat Islam
Objek Kajian Filsafat Islam
Cinta dan Rasa
Tokoh-tokoh Filsuf Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar